Buku Titik Nol karya Agustinus Wibowo |
Judul: Titik Nol
Penulis: Agustinus
Wibowo
Penerbit: Gramedia
Pustaka Utama
Cetakan: Keenam, Juli 2015
Tebal: 568 halaman
No ISBN:
9789792292718
Kategori: Kisah
Nyata
Kurang
lebih tiga bulan saya menyelesaikan bacaan bukunya Agustinus Wibowo yang
berjudul Titik Nol: Makna sebuah perjalanan. Ini adalah karya Agustinus yang
pertama saya baca. Rencananya, karya lain yang berjudul garis batas pun nantinya
saya baca di lain waktu. Siapa tahu sempat menuangkan dalam tulisan.
Buku
Titik Nol diterbitkan oleh Gramedia. Berkali-kali menambah cetakan, sampai
buku yang saya pegang ini adalah cetakan keenam. Tepatnya pada bulan Juli 2015.
Saya takjub membaca tulisan-tulisan yang alurnya sangat detail pada tiap
alenia. Terlebih penulis menyisipkan hasil dokumentasinya dengan cetakan
berwarna dari belahan negara yang dia kunjungi.
Cerita
awal buku ini tentang cita-cita penulis yang ingin melakukan perjalanan ke
Arfika Selatan. Sementara pada saat itu penulis sedang ada di China.
Bermodalkan tekad dengan uang pas-pasan, serta wajah mirip orang sana, penulis
melakukan perjalanan menyeberangi Tibet. Bahkan di sana penulis bertemu dengan
teman dari Malaysia; sosok yang tentunya sangat berharga sehingga tulisan ini
mempunyai kisah tersendiri.
Lambat
laun perjalanan merambah ke India dan Pakistan. Seperti orang yang sudah
terlanjur basah, penulis melanjutkan perjalanannya di beberapa tempat
terpencil. Bahkan penulis pernah sampai di sebuah desa yang sama sekali jarang
turun hujan, di tempat yang gersang.
Perbedaan
budaya, adat, Bahasa, warna kulit tak membuat penduduk setempat menghindar atau
mencibir. Bahkan di tempat-tempat yang jauh di sana, mereka sangat erat
menyambut tamu. Adakalanya penulis disangka orang China, bahkan tidak sedikit
yang sangsi jika penulis adalah orang Indonesia.
Agustinus
Wibowo tidak muluk-muluk menceritakan tentang keindahan alam, bagaimana kita
mencapai suatu tempat dengan mudah, atau malah ingin bepergian jauh dari
kampung halaman. Semakin saya membaca buku ini, saya menjadi paham sejatinya
perjalanan panjang itu tidak ada habisnya. Ada banyak tragedi yang mungkin
terjadi, seperti yang penulis rasakan kala melakukan perjalanan panjang.
Ada
banyak pesan yang ingin penulis sampaikan di buku ini, salah satunya bahwa dia
tidak ingin disebut traveler atau apalah. Dia hanyalah orang yang pergi jauh,
mendapatkan banyak pengalaman, lalu kembali pulang ke titik nol. Titik di mana
dia kali pertama melangkah keluar dari rumah. Tentunya hal yang paling penting
dari segalanya adalah keluarga.
Walaupun
buku setebal ini terbit pertama tahun 2013, saya rasa bagi kalian yang suka melancong,
travelling ke berbagai tempat di belahan bumi. Saya anjurkan kalian untuk
membawa dan membaca buku satu ini. Seperti kata penulis “perjalananku bukan
perjalananmu, perjalananku adalah perjalananmu”.
0 Komentar