Sampul Novel 9 dari Nadira - koleksi pribadi |
Judul: 9
dari Nadira
Penulis:
Leila S. Chudori
Penerbit:
Kepustakaan Kompas Gramedia (KPG)
Cetakan:
Kedua, Oktober 2010
Tebal:
xxiii + 270 halaman
No ISBN:
9789799102096
Kategori:
Fiksi, Sastra
Tidak
banyak saya mempunyai koleksi buku sastra, khususnya novel sastra. Novel 9 dari
Nadira ini saya dapatkan ketika ada acara Kampung Buku Jogja tahun 2016. Di
sana, saya kepincut membeli novel tersebut. Saya sendiri mendiamkan novel ini
cukup lama, sampai akhirnya saya buka dan membacanya.
Seperti
tertulis pada judulnya, Nadira; adalah sosok perempuan yang hidup dengan segala
drama. Urusan keluarga, peliknya asmara, dan banyaknya musibah yang menjadi
bagian sehari-harinya sebagai manusia.
Ada
banyak masalah yang Nadira pikul. Kematian sang ibu secara tiba-tiba, terlebih
beliau meninggal bunuh diri, hubungan kurang baiknya dengan kakak perempuannya.
Atau malah lingkungan kerja yang lebih banyak menyoroti penampilannya daripada
hasil kerja kerasnya.
Sebagai
seorang reporter, Nadira sangat cekatan. Hal ini membuat dia begitu disayangi
oleh atasan. Tidak serta merta karena seluruh liputannya pasti berhasil, tapi
juga urusan hati. Gadis yang menggunakan celana jeans kusam tanpa pernah dandan
ini rupanya sudah memikat Tara. Salah satu seniornya di Majalah Tera.
Satu per
satu masalah semakin menguap, ketika kakaknya Yu Nina menikah dengan begundal
koreografer yang sudah nikah dan cerai tiga kali. Kakak lelakinya Arya tak
pernah setuju, sampai pada dasarnya keluarga besar Suwandi pun tidak setuju.
Namun tetap saja Yu Nina menikah, dan menjalani hidupnya dengan penuh drama.
Drama
terus berlanjut, bagaimana keluarga besar Suwandi (termasuk Nadira) harus
berpisah. Suwandi merupakan sosok mantan wartawan senior hidup ditemani Arya;
sementara Nadira tinggal di Kanada, dan Yu Nina menghilang ke Amerika. Mereka
jarang berkomunikasi, sampai akhirnya persiapan pernikahan Arya membuat mereka
semua berkomunikasi.
Bergelut
dalam dunia reporter, Nadira begitu banyak yang menaksir. Namun semenjak
kematian ibunya, dia seperti sosok yang sayu. Hingga akhirnya seorang Niko bisa
menceriakan hidupnya lagi. Hari-hari yang kelabu menjadi warna-warni.
Bisa jadi ini sosok yang dia idamkan selama empat tahun gersang.
“Di cermin itu, aku melihat seorang
pengantin berbaju putih, berhiaskan kembang seruni putih. Pengantin yang paling
berbahagia di dunia – Halaman 32.”
“Suicides have a special language. Like
carpenters they want to know Which Tools. They never as Why Bulid – Sajak
Anne Sexton halaman 111.”
“Katakanlah wahai angin. Kenapa Kirana dalam
tubuh Panji, seperti lautan dendam yang memiliki ombak yang berlipat-lipat –
Halaman 170.”
Leila S.
Chudori sebagai penulis sangat pandai merangkai kata. Menggabungkan cerita dari
Sembilan bab yang terpisah. Menyatukan cerita tersebut, sehingga rasanya sosok
Nadira itu bukanlah fiksi. Seperti nyata, dan memang ada pada saat itu.
Penulis
mengatur alur cerita sedemikan rupa, menuju saat ini, berlanjut menceritakan
kisah lampau dengan catatan tanggal dan waktu saat dia menulis. Seperti sebuah
diari yang penulis temukan, lalu menceritakannya secara detail. Tertata rapi.
Bagaimana
penulis mengambil segmen saat orde lama, berlanjut pada tahun 2000-an,
menceritakan detail sebuah kampus di Kanada, lengkap dengan seluk beluk, tiap
sudut, serta kehidupan mahasiswanya.
Novel
sastra ini bercerita tentang konflik tak berkesudahan, tentang keluarga,
tentang cinta terpendam, tentang rasa trauma, dan juga tentang kehidupan tanpa
arah yang jelas. Ya, sebuah cerita penuh sendu, penuh kejutan, dan tentunya
layak untuk dibaca.
2 Komentar
Wah, keren cerita mbak sebuah keluarga yang kesemuanya reporter semoga suatu hari nanti bisa membaca kisah Nadira.
BalasHapusBagus loh mbak ceritanya hehehhehe
Hapus