Novel Emak karya Daoed Joesoef/ Koleksi pribadi |
Judul: Emak Penuntunku dari Kampung Darat
sampai Sorbonne
Penulis: Daoed Joesoef
Penerbit: Kompas
Cetakan: Cetakan Ketiga, April 2010
Jumlah Halaman: 304
NO ISBN: 9789797094867
Kategori: Kisah Nyata
Daoed,
begitulah panggilan emak memanggil Daoed Joesoef kala masih kecil. Buku ini
dituliskan penulis guna untuk menceritakan sedikit apa-apa yang telah ibu
lakukan pada anak. Penulis yakin, apa yang dituangkan dalam kisah ini hanya
segelintir dari jutaan kenangan penulis terhadap orangtuanya, terkhusus
ibu/emak.
Emak adalah
panggilan sosok ibu di Medan. Tidak hanya Medan, di ujung pelosok negeri ini
panggilan emak pun sama terucap dari anak untuk ibu. Penulis menceritakan
beberapa poin penting kisah emak pada novel tersebut.
Emak bukan
hanya tentang sosok yang mengasuh kita saat di rumah. Tapi emak adalah
segalanya. Dari beliaulah setiap ajaran terekam pikiran kita, dan kita dapat
mengikutinya sampai sekarang. Daoed kecil merasakan bahwa emak adalah guru yang
sebenarnya. Guru yang tak hanya mengajarkan tentang kedisiplinan, tapi
semuanya.
Daoed kecil
menceritakan kehidupannya di rumah, bagaimana sosok emak ini mempunyai wawasan
luas. Emak tidak hanya ibu yang bekerja di dapur, menyiapkan makan dari pagi
sampai malam, menyulam dan menjahit pakaian kita yang sobek. Atau mencuci
pakaian kita yang kotor.
Berlatarkan
kilas balik tahun di masa selesai kemerdekaan, emak menurut Daoed kecil adalah
sosok yang hebat. Ketika orang lain rela jalan kaki dan merasa tabu menaiki
sepeda, emak menjadi pelopor menaiki sepeda di kampungnya. Bahkan dengan
hebatnya dapat berbaur bersama noni-noni Belanda.
Emak juga
paham betul bagaimana sikap beliau tentang demokrasi, ikut mengetahui
perkembangan Indonesia yang masih bergolak. Emak menjadi sosok yang bisa
membuat Daoed kecil lancar membaca alquran, paham ilmu agama, dan tahu
bagaimana menghormati tamu. Emak memang sosok panutan.
“Sebagai
manusia sumber kita adalah semua kebaikan, kebajikan dan ajaran yang selama ini
telah membesarkan dan menyelamatkan kita, telah memuliakan hidup kita, yang
semakin membedakan kita dari binatang, yang berasal dari kesimpulan-kesimpulan
yang terpilih dari pengalaman, yang diperas dari adat-istiadat, yang diperoleh
dari orang-orang bijak dan yang didapat dari agama – halaman 73.”
“Sebuah bahtera rumah tangga berhasil,
menjadi sempurna, bukan karena ikatan dua orang yang sempurna. Ia sempurna
karena pasangan laki-laki dan perempuan yang membinanya melalui ikatan
perkawinan itu menyadari bahawa mereka adalah orang-orang yang tidak sempurna
namun berusaha keras untuk menikmati perbedaan-perbedaan mereka – halaman 143”
“Maka persahabatan sejati, menurut emak,
adalah saling berbagi suka dan duka, pengalaman dan pengetahuan, saling
mengingatkan dan mengoreksi tanpa desakan kehedak dan memaksakan kesepakatan
– halaman 198”
Pada novel
Emak ini, kita disuguhkan sosok emak yang mempunyai intelektual tinggi. Penuh kharismatik,
dan membuat kita makin sadar bahwa Emak adalah guru sepanjang masa. Beliau saling
bahu-membahu dengan Bapak untuk menjadikan kita (anaknya) menjadi manusia yang
beradab.
Alur cerita
di novel ini mengalir begitu saja. Penulis benar-benar mendedikasikan novel ini
khusus untuk emak. Ada sedikit cerita Daoed tentang keluarganya, kakak
perempuannya, bapaknya, bahkan bagaimana jerih payah serta doa orangtua
membuatnya bisa menjadi orang sukses.
Tidak ketinggalan
aroma pendidikan juga dimasukkan penulis. Bagaimana kisah para anak-anak pada
masa dulu sekolah, adanya perbedaan sekolah rakyat dengan kaum ningrat, serta
dibumbui sebuah rasa nasionalisme tinggi.
4 Komentar
Saya pengen baca bukunya tapi dari dulu cari bukunya, sampai sekarang belum ketemu :(. Adakah info?
BalasHapusIni saya beli waktu ada bazar kompas. Coba tanya ke Penerbit Kompas mbak, semoga bisa dapat.
HapusOya, penulis-nya hari ini meninggal :-(
wah punyanya daud yusuf, ah beliau memang jiwa seninya kuat ya,
BalasHapusIya mbak. Beliau benar-benar menginspirasi.
Hapus