Tahun pertama ke Cilacap, saya tidak mencicipi kulinernya. Saya hanya menyantap nasi goreng di depan hotel. Selepas itu lanjut menikmati minuman yang saya beli dari minimarket terdekat. Memang waktu itu hanya fokus menjelajah Nusakambangan.
Menginjakkan kaki kedua kali di tahun yang berbeda, tentu harus ada perbedaan. Kali ini saya diajak teman menikmati kuliner malam. Sop daging Sapi katanya. Kuliner yang cukup terkenal di sekitaran Cilacap kota.
Selepas mandi, saya bergegas turun ke lobi. Di sana sudah ada teman yang menunggu sedari tadi. Kami menjelajah secuil sudut kota Cilacap menggunakan motor metik. Dia mengarahkan jalan, sementara saya fokus di depan sembari mengikuti arahannya.
Malam minggu di Cilacap ramai, tak terkecuali ruas jalan Letnan Jend. Suprapto. Motor melaju pelan, tepat sebelum perempatan, arahan dari belakang disuruh menepi sisi kiri. Cahaya temaram menampakkan keramaian warung makan.
Warung Sop Daging Sapi Putra Sunda Cilacap |
“Dua ya, pak,” Ujar kawan memesan.
Saya lupa membawa kamera. Beruntung gawai masih bisa dimanfaatkan untuk mengabadikan. Tentu ini bisa menjadi konten. Sontak saya melangkah ke luar warung, mengabadikan tulisan pada spanduk. Nasi Sop Daging Sapi “Putra Sunda” Sangkal Putung. Tulisan ini tampak jelas.
Dua orang yang bertugas meracik dan mengantarkan makanan mengenakan pakain seragam. Keduanya kopmak mengenakan batik berwarna dasar kuning dengan motif bunga. Saya berusaha mendekat, sedikit berinteraksi tanpa mengganggu aktivitas beliau meracik pesanan.
Pak Rian namanya, beliau pemilik warung soto yang saya kunjungi. Beliau menuturkan sudah berjualan di Tambaksari, Sidanegara sejak tahun 2000. Awalnya beliau jualan sop di emperan jalan. Lambat laun terus maju, hingga akhirnya menetap di ruko.
Pak Rian meracik sop untuk pembeli |
“Ini daging sapi, mas. Jadi memang di soto ini khusus daging sapi. Tidak menyediakan daging ayam.” Terang Pak Rian.
Pembeli tidak hanya datang dan makan di tempat. Banyak dari mereka yang membungkus. Selama saya di sini, sudah terlihat beberapa pengunjung warung yang hanya duduk di kursi depan dekat trotoar. Mereka menunggu pesanannya dibungkus.
Melihat geliat pengunjung yang menurutku banyak, tentu saya penasaran berapa orang yang bekerja. Pak Rian dibantu lima orang untuk melayani pengunjung. Mulai dari yang meracik dua orang, di dapur, mencuci, hingga menyajikan pesanan.
Sesaat saya melihat sekeliling. Ruko sop ini lumayan luas untuk ukuran warung soto. Gerobak ada di depan, sementara di belakang terdapat lima meja panjang yang bisa muat untuk delapan orang. Ditambah satu meja panjang lagi yang tempatnya menempel pada dinding ruko.
Suasana pengunjung di Sop Sapi Putra Sunda |
Layaknya sop di manapun tempatnya. Penyajiannya pun sama. Ada kalanya pembeli yang ingin disajikan sop terpisah ataupun dicampur dengan nasi. Satu porsi sop campur seharga 13.000 rupiah. Sementara yang terpisah harganya lebih malah sedikit, 16.000 rupiah per porsi.
Tanpa menunggu waktu lama, pesanan saya sudah di meja. Kali ini saya dan teman memesan sop campur plus minuman teh tawar. Saya tidak sempat melihat saksama apa saja yang ada di piring. Yang saya lihat potongan daging sapi bercampur dengan wortel, kol dan yang lainnya.
Sedari awal datang ke Cilacap, kuliner di sini cukup sesuai dengan lidah saya. Pun dengan sop sapi yang sekarang saya nikmati. Menurut saya, rasa asin kuahnya pas. Dagingnya juga tidak alot. Ditebus dengan harga 13.000 per porsi tentu sesuai dan murah.
Sop Gading Sapi Putra Sunda di Cilacap |
Sepertinya Cilacap tetap memikat rasa ingin dijelajahi. Masih ada sudut-sudut Cilacap yang lainnya menanti. Percayalah, wilayah kabupaten Cilacap ini sangat luas, tentu dengan area seluas itu, ada banyak potensi wisata lainnya yang menarik untuk dikunjungi. *Cilacap, 17 Februari 2018.
2 Komentar
p
BalasHapusWow nice aku orang cilacap loh
Hapus