Suara remaja sedang berbincang terdengar lumayan ramai. Saya kira mereka adalah wisatawan yang berkunjung di Museum Ronggowarsito. Sempat saya tanyakan ke petugas yang berbincang di teras museum.
“Bukan wisatawan mas. Mereka mahasiswa yang magang di sini.”
Tebersit di pikiranku seperti mahasiswa yang pernah saya temui saat berkunjung di Museum Adityawarman Sumatera Barat. Bisa jadi mereka adalah mahasiswa yang kuliahnya berkaitan dengan budaya atau mendekati jurusan tersebut.
Saya tertarik melihat keseruan mereka berbincang. Baru mau saya bergabung, mereka malah masuk ke salah satu bangunan di museum. Pintu kaca tertutup tirai, gapura ala tembok di Menara Kudus melekat. Di atasnya bertuliskan Perpustakaan.
Sudah tentu saya antusias melihat bangunan ini. terlepas nanti koleksinya sedikit nan sederhana, mengunjungi perpustakaan pernah menjadi misi tulisan saya di beberapa tahun yang lalu. Tentunya di blog utama.
Pintu masuk ke perpustakaan ronggowarsito Semarang |
Saya pernah mengulas Arpusda Wonosobo sewaktu bermain ke Wonosobo. Di sini pun sepertinya saya harus menceritakan terkait kunjungan. Meski hanya sekadar duduk santai sembari melepas lelah.
Pintu terbuka, saya masuk dan melihat sekeliling. Tiga mahasiswa yang magang sontak melihat ke arah pintu masuk. Saya tersenuym seraya menyapa. Mereka kembali beraktivitas seperti biasa. Di sudut ruangan yang ada monitornya, pustakawannya sibuk menulis sesuatu.
Deretan rak terbagi di beberapa tempat. Untuk koleksi baru, mereka menaruhnya di rak paling depan. Tepatnya di sisi kiri dari pintu masuk. Rak-rak buku yang tertutup dengan kaca transparan menyajikan berbagai koleksi.
Di sini banyak koleksi semacam ensiklopedia. Buku-buku tentang keris, budaya Jawa dan sebagainya. Satu buku tentang keris saya ambil, membacanya sesaat sebelum larut berbincang dengan tiga mahasiswa yang magang.
Di belakang, deretan rak dalam jumlah lumayan banyak. Tiap rak terdapat nomor klasifikasi. Mulai dari 000-900. Meski tidak banyak, saya melihat koleksinya beragam. Banyak buku-buku yang sudah lama di sini.
Tampak juga tumpukan koleksi di dalam kardus. Semuanya terletak di bagian pojok perpustakaan. Saya tidak tahu apakah koleksi tersebut memang hasil penyiangan atau sudah tidak ada rak yang kosong.
Ada yang menarik perhatian di sini. Sebuah laci kecil dengan tempelan kertas keterangan. Ada banyak laci berukuran kecil. Laci ini adalah katalog manual. Katalog seperti ini sering kita jumpai di tiap perpustakaan sebelum berkembang komputer dan otomasi perpustakaan.
Katalog manual masih ada di perpustakaan |
Dulu, dengan bantuan katalog manual inilah kita bisa mencari koleksi berdasarkan penulis. Tulisan yang tertera di katalog manual mirip dengan katalog yang terlampir di lembaran awal suatu buku. Bedanya, dulu tulisan menggunakan mesin ketik.
Keberadaannya kini sudah jarang digunakan. Era modern lebih mudah memanfaatkan e-DDC dan otomasi perpustakaan. Terlebih ada perangkat lunak bernama Slims Perpustakaan yang bisa kita unduh dan pasang sendiri tanpa melanggar lisensi.
Katalog manual ini menjadi saksi jika perpustakaan Ronggowarsito sudah lama ada. Pun dengan koleksi yang mulai menguning dan tertumpuk di dalam kardus. Saya mendekati laci katalog, membuka salah satu laci, dan melihat tulisan yang tercetak.
Ada banyak koleksi yang tertata rapi, semuanya menjadi satu dan terpisah berdasarkan tema. Deretan buku profil provinsi se-Indonesia pun rapi. Pada punggung buku terdapat kertas label yang sudah dilengkapi dengan nomor panggilnya dan keterangan perpustakaan.
Saya tidak tahu apakah di perpustakaan ini boleh meminjam koleksi. Kalau sekadar berkunjung dan membaca buku saja diperbolehkan. Kita tinggal masuk dan mengisi buku tamu, termasuk keperluan selama di perpustakaan.
Koleksi di Perpustakaan Museum Ronggowarsito Semarang |
Tempat ini lengang, ada banyak meja dan tersedia sofa. Entah kalau jaringan internet. Mungkin kalian yang rumahnya tidak jauh dari Museum Ronggowarsito dan sedang mencari tempat nyaman untuk menepi, bisa ke perpustakaannya.
Terlebih jika tema atau penelitian kalian berkaitan dengan budaya atau yang lainnya. Siapa tahu literatur-literatur yang ada di perpustakaan Ronggowarsito ini bisa kalian manfaatkan. Kalaupun tidak berkaitan, yang terpenting tempatnya nyaman untuk menepi.
“Kalian mengerjakan apa?” Tanyaku kepada tiga mahasiswa dari Undip yang magang.
Mereka menggeleng. Sementara belum ada yang dikerjakan. Dari perbincangan ini, saya tahu jika ini adalah hari pertama mereka magang. Sehingga belum banyak yang dikerjakan. Baru sebatas pengenalan dengan pustakawan dan pegawai museum yang lainnya.
Kami berbincang santai. Mahasiswa dari Undip ini ternyata jurusan Ilmu Perpustakaan. Jurusan yang saya geluti sewaktu kuliah. Berhubung kuliah satu jurusan tapi beda kampus, perbincangan kali ini cukup menarik. Terutama membahas keinginan mereka setelah lulus.
Mahasiswa magang dari jurusan Ilmu Perpustakaan UNDIP |
Tidak terasa waktu pula yang membuat saya harus keluar dari Museum Ronggowarsito. Hari sudah siang, waktunya menunaikan salat jumat. Saya bergegas keluar, menuju masjid yang tidak jauh dari museum.
Hari ini, saya kembali mengunjungi perpustakaan. Setelah cukup lama tidak berkunjung ke perpustakaan karena berbagai alasan. Sekecil apapun perpustakaan, dia tetap bermanfaat. Semoga di lain kesempatan bisa berkunjung lagi di perpustakaan ini. Atau di perpustakaan yang lainnya. *Museum Ronggowarsito; Jumat, 04 Januari 2019.
0 Komentar